CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kampanye ASI

Sudah sejak aku belum menikah aku bertekad bila suatu ketika nanti punya anak, aku akan memberikannya asi eksklusif. Keinginan itu semakin menggebu sewaktu aku hamil anakku. Motifku sangat sederhana. Aku ini termasuk bagian dari hewan mamalia, jadi pasti bisa menyusui anakku sendiri. Apalagi selama hamil aku juga dinyatakan sehat, dan setelah melahirkan pun aku dan anakku sama2 sehat. Jadi sudah dapat dipastikan aku pasti bisa menyusuinya.

Kampanye ASI

Perjalanan waktu, ternyata memang nggak mudah. Sempet stress dah pasti, merasa ragu asiku nggak mencukupi juga sempet kualami, putting lecet ya so pasti, senewen asiku nggak keluar sebanyak yang kubayangankan juga pernah. Tapi semua kembali pada motif sederhanaku : AKU INI BAGIAN DARI MAMALIA :) Jadi normalnya Tuhan menciptakanku pasti bisa menyusui! Alhamdullillah cita2ku itu terwujud. Aku sukses menyusui ASI eksklusif selama 6 bulan plus 10 bulan tambahan sebelum anakku bener2 disapih.
Yang bikin miris buanyaaaak sekali perempuan yang menyepelekan soal ASI ini. Aku yakin hampir seluruh wanita sudah sadar mengenai khasiat ASI, tapi sepertinya hanya sebagian kecil dari mereka yang betul2 menganggap itu adalah hal yang serius. Mudahnya mendapatkan susu formula, terlebih yang punya kemampuan secara ekonomi semakin memudahkan para perempuan itu menganggap enteng soal ASI.
Sedih sekali aku kalo melihat bayi dibawah 6 bulan asyik ngedot susu formula. Dan ibunya justru bangga karena anaknya jadi super montok karena susu merk A, B atau C. Ah, mereka pasti tidak mungkin bisa mengerti apalagi merasakan kebanggaanku terhadap diriku sendiri, anakku, juga suamiku, hanya karena aku mampu memberikan asi eksklusif pada anakku. Rasanya betul2 ruar biasa. Menurutku itu prestasi yang paling membanggakan dalam hidupku.

Kesedihanku itu membuatku bertekad untuk mengajak sebanyak2nya perempuan untuk memahami ASI secara serius. Aku jadi makin kerap membaca tentang ASI. Tidak hanya untuk diriku sendiri, tapi juga sangat berharap bisa kuceritakan kembali pada sesama perempuan lain. Alhamdullillah semua sahabat dekatku akhirnya punya kegigihan yang sama. Dan kami bersikap serius tentang ASI. Anak2 mereka pun mengalami hal yang sama persis dengan anakku. Sukses mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Duh senang dan bangganya diriku.

Sayang, yang namanya niat baik tidak selamanya mulus. Saat aku mulai mengajak perempuan2 lain (selain sahabat2 karibku) seperti tetangga atau istrinya teman suamiku berbagai kendala mulai kuhadapi. Sungguh2 bukan suatu yang mudah menyadarkan mereka bahwa ASI itu adalah sangat serius. Alhasil hanya satu, dua orang saja yang sukes menyusui anaknya secara eksklusif 6 bulan.

Lewat suamiku ini, aku ingin mengajak semakin banyak perempuan untuk menyadari bahawa ASI itu sangat serius. Dan kemudahan memperoleh susu formula tercanggih sekalipun bukanlah sebentuk jawaban yang tepat untuk menyikapinya.

Berikut ada artikel menarik & sangat sederhana & terbukti dialami oleh perempuan sendiri : (dikutip dari www.wmr-indonesia.org, merupakan rangkuman diskusi forum tersebut)

Lancar ASI

Aku ibu menyusui yang juga kerja kantoran yang sedang bingung. Sepertinya produksi ASI semakin turun. Padahal bayiku usianya 3 bulan kebutuhan ASInya semakin banyak. Aku takut tidak dapat menyeimbangi kebutuhan bayiku. Bagaimana agar ASI lancar?

Faktor Kejiwaan
Kebetulan aku sudah melahirkan 2 kali dan punya 2 pengalaman yang berbeda. Anak pertama aku gencar minum kaplet lancar ASI yang katanya berupa jamu dalam bentuk kapsul. Tiap hari minum kapsul tersebut dan makan sayur katuk tetapi produksi ASI ya begitu-begitu saja. Anak kedua tidak minum apapun, makan juga biasa-biasa saja tidak harus tiap hari, makan daun katuk. Malah aku cenderung diet tidak makan ataupun minum yang manis-manis, tidak ngemil, jarang makan nasi, karena waktu hamil gula darah tinggi. Dari awal sudah ada niat, tekad bulat dan percaya diri tinggi bahwa pasti bisa kasih ASI eksklusif selama 6 bulan! Hasilnya sampai dengan hari ini produksi ASI lancar terus, usia anakku sudah satu tahun. Jadi cobalah untuk relaks dan tetep percaya diri bahwa pasti bisa. Aku dulu pernah dalam masa ASI eksklusif sempet produksi ASI turun karena capek, stress di kantor dan lain-lain. Akhirnya aku memilih cuti 1 hari. Pulang kantor, aku ijin suami mau luluran, besoknya saat cuti aku benar-benar membahagiakan diri dengan melakukan sesuatu yang
membuat aku relaks. Masak dan bermain bersama anak-anak. Waktu yang satu hari tersebut dapat meluapkan masalah di kantor dan kembali bahagia dan bersemanggat yang akhirnya berpengaruh pada produksi ASI. Memang perjuangan ibu bekerja untuk bisa memberikan ASI eksklusif itu tidak mudah, banyak cobaan. Tetapi kalau ada tekad bulat mudah-mudahan bisa, dan banyak juga yang sudh berhasil. Tetep semangat ya!

Dukungan Suami
Aku dulu di awal melahirkan sempat konsumsi tablet pelancar ASI. Tetapi setelah konsultasi dengan pakar ASI, tidak disarankan karena selain ada dampak negatif untuk penggunaan dalam jangka panjang. Sebetulnya faktor kejiwaan menentukan. Asal ibu senang, tenang, yakin kalau ASI-nya cukup untuk bayi, tidak harus berlimpah dan cukup istirahat, ASI tidak akan mogok. Oh ya, bantuan dan dukungan suami sanggat menjamin kelancaran ASI. Misalnya dengan membantu menidurkan bayi, mengganti popok, atau sekedar memijat punggung kita saja. Usahakan memompa ASI tiap 3 jam, berapapun
hasilnya. Kalau dirumah langsung simpan dalam botol ASI yang dari kaca, kalau plastic lemaknya suka menempel di kemasan plastik tersebut. Kalau di kantor bawa cool box atau termos es. Untuk memerah ASI, karena ASI prinsipnya demand n supply semakin banyak ASI dikeluarkan akan melimpah juga produksinya. Lalu kuncinya lagi berpikiran positif. Kalau kita pasang target dalam memerah, maka ketika target tidak tercapai akan bingung. Kalau sudah begini akan berakibat menurunkan produksi
ASI. Yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan suami secara moril juga dan bantuan dari suami. Dulu saat anak pertama, aku bangun malam saat menyusui saja, kalau anak pipis atau buang air besar, diurus oleh suami.

Hisapan Pada Areola
Kuantitas pengeluaran ASI banyak ditentukan oleh isapan bayi pada putting areola. Saat bayi menghisap puting areola, maka syaraf afarent akan merangsang hipofise anterior untuk memproduksi prolaktin yang nantinya akan merangsang sekresi ASI (Bintaryati, 1992). Jumlah prolaktin yang akan diproduksi tersebut akan banyak tergantung dari frekuensi dan intensitas isapan bayi (pro lactin reflex). Kalau terjadi pembendungan ASI dalam alveolus, ini akan menyebabkan adanya penekanan pada
pembuluh darah, dan itu akan nyebabin penurunan pro laktin dalam darah sehingga
sekresi ASI juga akan berkurang. Pengeluaran ASI juga terjadi karena adanya rangsangan mekanis ujung syaraf pada puting dan areola oleh isapan bayi. Rangsangan itu nantinya akan diteruskan ke hipotalamus dan nyebabkan hipofisa posterior mensekresikan oksitosin ke dalam peredaran darah. Nah oksitosin ini akan merangsakang sel mioepitel, dan hal tersebut akan menyebabkan ASI diperas melalui salurannya ke muara di puting susu untuk diisap bayi (let down reflex). Yang tidak kalah pentingnya, keyakinan ibu yang ada di otak ini juga akan mempengaruhi
kerjanya hipofisa anterior (pro lactin reflex) dan hipofesa posterior (let down reflex). Karena itu tidak heran kunci sukses menyusui salah satunya adalah keyakinan ibu bahwa ia dapat memproduksi ASI sesuai kebutuhan bayinya. Kalau dari teorinya G.J Ebrahim (1978) di bukunya Breastfeeding- the Biological Option, ia katakan bahwa ada beberapa faktor emosional dan sosial yang mempengaruhi sukses menyusui, diantaranya nasehat dan pengalaman selama masa kehamilan dan persalinan
(karenanya penting sekali untuk mengunjungi klinik laktasi terdekat untuk mendapatkan support ini). Laktasi yang berhasil pada kehamilan terdahulu
(ini biasanya akan membuat rasa percaya diri sang ibu meningkat), nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat. Sebagai contoh, akan sulit mendapatkan ibu yang masih menyusui anaknya lepas usia satu tahun di Jerman. Karena norma umum yang berlaku di Jerman menganggap hal tersebut tidak lazim. Faktor-faktor ini kalau bisa dapat dijadikan faktor pendukung yang berefek positif pada ibu menyusui, dengan itu sukses laktasi semoga dapat tercapai.

Daun Katuk dan Jamu
Secara ilmu kefarmasian, daun katuk memang mempunyai daya kerja meningkatkan produksi ASI. Untuk kemudahan kemudian diproduksi berupa kapsul ataupun kaplet. Hanya yang namanya juga tanaman, kandungan zat aktif di dalam daun katuk itu akan bervariasi, tergantung tempat ia ditanam, perlakuan yang ia terima. Makanya kadang bagi sebagian orang berefek, sebagian tidak. Juga berbeda ekstrak daun katuk yang dijual masih sebagai jamu atau sudah sebagai fitofarmaka. Maksudnya bahan yang
disarikan dari tanaman dan digunakan untuk pengobatan. Yang oleh Badan POM, bahan baku fitofarmaka sudah melewati serangkaian proses standarisasi tertentu.

Yang tidak kalah penting adalah keyakinan
Masalah yakin juga perlu kalau memutuskan untuk minum obat (apapun). Seperti contoh pernah dulu seorang tukang yang bekerja di rumah kami, sakit kepala dan pilek. Kami kasih obat, katakanlah merk A, tidak sembuh dia. Katanya dia biasa pakai obat merk B, baru manjur. Ya sudah, terpaksa kami carikan obat B ini, sebab kalaupun kami bilang A dan B itu betul-betul sama, hanya beda merk, dan sebagai apoteker kami ngerti tentang itu, tidak akan ada gunanya. Nah, kalau memutuskan untuk tidak
mem-boost dengan obat ataupun fitofarmaka, yakin dan percaya diri juga perlu. Dikenal dengan istilah Self Healing, Spiritual Healing, dan semacamnya.

Diluar gencarnya promosi susu formula yang semakin membuat para perempuan menyepelekan ASI. Ketidaktahuan perempuan akan isu2 terpenting tentang ASI turut mempengaruhi sikap mereka yang jadi tidak terlalu serius menyusui bayinya secara eksklusif. Ditambah lagi masih banyak pula orang2 dari kalangan kesehatan (dokter, perawat, bidan) yang amat terbatas pengetahuannya tentang ASI, atau enggan berrepot-repot menyeriusi ASI.

Sekedar sharing, hal ini kualami sendiri, sewaktu anakku berusia 1 bulan berat badannya ternyata tidak naik. Alhasil dokter anaknya memarahiku. Setelah kujelaskan bahwa aku menyusuinya secara eksklusif, eh si dokter malah berkata Diberi susu formula saja! Kalau bayi tidak bertambah berat badan bahaya ini! Untung waktu itu yang tercetus di kepalaku: DOKTER GILA!!! BAGUS2 KUBERI ASI, MALAH DISURUH KASIH SUSU FORMULA. Masih untung lagi pikiranku lagi dingin dan masih bisa bersikap sopan, jadi yang keluar justru, Dok, kalau tetap saya beri ASI eksklusif? Akhirnya aku malah dapat informasi tata laktasi dari si dokter. Perhatikan, kalo kita sebagai ibu tidak gigih bertekad kuat menyusui ASI eksklusif semua pihak bisa
meruntuhkannya sekejap mata. Bahkan termasuk dokter yang kita percaya sekalipun.

Ada lagi pengalaman seorang sahabat. Seperti umumnya pasca melahirkan ceasar sang ibu justru tidak boleh langsung bertemu bayinya. Dengan alasan dari RS si Ibu masih terlampau lelah (padahal isu terbaru yang kuperoleh pemulihan pasca ceasar justru lebih cepat bila ibu segera dipertemukan dengan bayinya. karena bayi memotivasi ibu menjadi cepat sehat). Alhasil bayinya disusukan formula. Ternyata si bayi menolak mentah2 berbagai susu formula yang dicobakannya. Mungkin ini juga pengaruh tekad sahabatku tuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai2 si bayi begitu menghayati sang ibu sehingga ia pun menolak segala susu formula yang dicobakan padanya, hehehehe. Apa yang terjadi? Bukan si bayi segera dipertemukan dengan si ibu, RS justru menginfus si bayi. Padahal sesungguhnya kondisi ibu maupun si bayi
dinyatakan sehat. Jadi si bayi terpaksa diinfus sampai dokter genekolog menyatakan ibu sudah boleh bercapek2 dengan bayinya. Keputusan yang aneh kan?

Jadi buat semua perempuan, bulatkan tekad untuk menyusui bayinya secara eksklusif. Bahkan pihak kesehatan (dokter, perawat, bidan) hanya segelintir kecil yang benar2 serius menyikapi ASI. Kalau bukan bermula dari tekad kita sendiri, dukungan itu takkan pernah ada.


Tips-tips agar ASI lancar & banyak
Dirangkum dari berbagai sumber (AAP, La leche league, breastfeeding.com, WHO, dsb) oleh Luluk Lely Soraya
1. Tingkatkan frekuensi menyusui/memompa/memeras ASI.Jika anak belum mau menyusu karena masih kenyang, perahlah /pompalah ASI. Ingat ! Produksi ASI prinsipnya based on demand sama seperti prinsip pabrik. Jika makin sering diminta disusui/diperas/dipompa maka makin banyak ASI yang diproduksi.
2. Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui. Bahasan ini masih terkait dengan point di atas. Makin sering dikosongkan,maka produksi ASI juga makin lancar.
3. Yang tidak kalah pentingnya : ibu harus dalam keadaan relaks. Kondisi Psikologis ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80% lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Pikiran duh ASI peras saya cukup gak ya? maka pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon
oksitosin (produksi ASI) untuk bekerja lambat. Dan akhirnya produksi ASI menurun. Relaks saja ya bu. Disini sebetulnya peran besar sang ayah.
4. Hindari pemberian susu formula. Terkadang karena banyak orangtua merasa bahwa ASInya masih sedikit. Atau takut anak tidak kenyang, banyak yang segera memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula itu justru
akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Anak relatif malas menyusu atau malah bingung puting terutama pemberian susu formula dengan dot. Begitu bayi diberikan susu formula, maka saat ia menyusu pada ibunya akan kekenyangan. Sehingga volume ASI makin berkurang. Makin sering susu formula diberikan makin sedikit ASI yang diproduksi.
5. Hindari penggunaan DOT, empeng, dan sejenisnya. Jika ibu ingin memberikan ASI peras/pompa (ataupun memilih susu formula) berikan ke bayi dengan menggunakan sendok, bukan dot! Saat ibu memberikan dengan dot, maka anak dapat mengalami bingung putting. Kondisi dimana bayi hanya menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar adalah seluruh areola (bagian gelap di sekitar puting payudara) ibu masuk ke mulut bayi. Akhirnya, si kecil jadi ogah menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya dengan menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar. Karena itu hindari penggunaan dot.
6. Datangi klinik laktasi. Jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi dengan klinik laktasi.Disana ibu dan ayah mendapatkan masukan secara teknis agar ASI tetap optima.
7. Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi
8. Lakukan perawatan payudara. Pemijatan payudara dan kompres air hangat dan air dingin bergantian.

Harapanku dengan setiap perempuan lebih serius menyikapi tentang ASI, kita akhirnya mewarisi sesuatu yang mulia untuk anak2 kita. Amien.